Jumat, 11 Maret 2011

Apa itu kecemasan ?

2.2.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Rawling, 1984).
            Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang seperti rasa kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa mau buang air kecil dan buang air besar. Perasaan ini disertai perasaaan ingin bergerak untuk lari menghindari hal yang dicemaskan (Stuart and Sundeen, 1998).
            Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik dan aktivitas saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Carpenito, 2000).
2.2.2 Fisiologi Kecemasan
            Reaksi takut dapat terjadi melalui perangsangan hipotalamus dan nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut beserta manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada keadaan- keadaan normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut, terdapat banyak bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori- memori yang memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon takut terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral ke berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak meningkat, biji mata membesar, proses pencernaan dan yang berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal melepas adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi tegang dan selanjunya mengakibatkan tidak bisa tidur (Ganong, 1998).
2.2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi respon kecemasan;
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart and Sundeen (1998), teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab kecemasan adalah
1)      Teori psikoanalitik
Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu id, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2)      Teori interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan pola penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan atau pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat (Stuart&Sundeen, 1998).
3)      Teori perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya (Smeltzer&Bare, 2001).
4)      Teori keluarga
Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang bisa ditemui dalam suatu keluarga.
5)      Kajian biologis
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.
2.Faktor presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi :
1)      Faktor eksternal
a.       Ancaman integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan yang akan dilakukan).
b.      Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart and Sundeen, 1998).
2)      Faktor internal :
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditemukan oleh :
a.       Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer&Bare, 2001).
b.      Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan (Hambly, 1995).
c.       Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart&Sundeen, 1998).
d.      Keadaan fisik
Seseorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan (Oswari, 1998).
e.       Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang. Sedang orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri- ciri berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, dan rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998).
f.       Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 1995).
g.      Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Varcoralis, 2000).
h.      Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria (Varcoralis, 2000).
Menurut Frued dalam Stuart and Sundeen (1998), ada 2 tipe kecemasan yaitu:
  1. Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimuli tiba- tiba dan trauma pada saat kelahiran, kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor internal.
  1. Kecemasan sub sekunder
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia. Frued melihat ada jenis kecemasan  lain akibat konflik emosi diantara 2 elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan super ego berada pada kondisi bahaya.
Sedangkan menurut Rasmun (2004), kemampuan individu dalam merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain:
1)      Sifat stressor dapat berubah secara tiba- tiba atau berangsur- angsur dan dapat mempengaruhi seseorang dalam menanggapi kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang.
2)      Jumlah stressor yang bersamaan
Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus dihadapi bersama. Semakin banyak stressor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
3)      Lama stressor
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stres, karena individu telah berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stressor tersebut.
4)      Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang sama karena karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan.
5)      Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. Pada tiap tingkat perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula.     
2.2.4 Rentang respon kecemasan
Respon rentang kecemasan yaitu respon tentang sehat- sakit yang dapat dipakai untuk menggambarkan respon adaptif maladaptif pada kecemasan.



 

Antisipasi
Ringan
Sedang
Berat
Panik

Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan menurut Stuart and Sundeen, 1998.

Klasifikasi tingkat dan respon kecemasan menurut Stuart and Sundeen, 1998 :
  1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dan waspada. Manisfestasi yang muncul pada ansietas ringan, antara lain:
1)      Respon fisiologis
Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar.
2)      Respon kognitif
Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah.
3)      Respon perilaku dan emosi
Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.
  1. Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dengan mengesampingkan yang lain perhatian selektif dan mampu melakukan sesuatu yang lebih terarah. Manifestasi yang muncul pada kecemasan sedang antara lain:
1)      Respon fisiologis
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat.
2)      Respon kognitif
Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan bingung.
3)      Respon perilaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak aman.
  1. Ansietas berat
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tantang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada kecemasan berat antara lain:
1)      Respon fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
2)      Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
3)      Respon perilaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan interpersonal.
  1. Panik
Tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Manifestasi yang muncul terdiri dari:
1)      Respon fisiologis
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik rendah.
2)      Lapang kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis.
3)      Respon perilaku dan emosi
Mengamuk- amuk dan marah- marah, ketakutan, berteriak- teriak, menarik diri dari hubungan interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol diri dan persepsi kacau.
2.2.5 Tipe kepribadian pencemas
Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor yang dihadapi. Tetapi pada orang- orang tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas (Dadang Hawari, 2001).
Tipe kepribadian pencemas, antara lain:
  1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.
  2. Memandang masa depan dengan rasa was- was (khawatir).
  3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum (demam panggung).
  4. Sering merasa tidak bersalah, dan menyalahkan orang lain.
  5. Tidak mudah mengalah/ ngotot.
  6. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk dan gelisah.
  7. Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan- keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap penyakit.
  8. Mudah tersinggung, suka membesar- besarkan masalah kecil (dramatisasi).
  9. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu.
  10. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering diulang- ulang.
  11. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris.
Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh hal- hal yang sifatnya psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan- keluhan fisik (somatik) dan juga tumpang tindih dengan ciri- ciri kepribadian depresif atau dengan kata lain batasannya seringkali.
2.2.6 Penatalaksanaan kecemasan
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan kecemasan umum adalah kemungkinan pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi, farmakoterapi dan pendekatan suportif (Kaplan and Sadock, 1998).
  1. Psikoterapi
Teknik utama yang digunakan adalah pendekatan perilaku misalnya relaksasi dan bio feed back (proses penyediaan suatu informasi pada keadaan satu atau beberapa variabel fisiologi seperti denyut nadi, tekanan darah dan temperatur kulit).
  1. Farmakoterapi
Dua obat utama yang dipertimbangkan dalam pengobatan kecemasan umum adalah buspirone dan benzodiazepin. Obat lain yang mungkin berguna adalah obat trisiklik sebagai contohnya imipramine (tofranil) –antihistamin dan antagonis adrenergik beta sebagai contonya propanolol (inderal).
  1. Pendekatan suportif
Dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat akan memberi kita cinta dan perasaan berbagai beban. Kemampuan berbicara kepada seseorang dan mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menguasai keadaan (Smeltzer and Bare, 2000).
2.2.7 Alat ukur kecemasan
            Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan berat sekali, orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang masing- masing kelompok dirinci lagi dengan gejala- gejala yang lebih spesifik. Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 0-4, yang artinya adalah
Nilai 0 =  tidak ada gejala / keluhan
Nilai 1 =  gejala ringan / satu dari gejala yang ada
Nilai 2 =  gejala sedang / separuh dari gejala yang ada
Nilai 3 =  gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada
Nilai 4 =  gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada
Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (skore) :
                kurang dari 14      =  tidak ada kecemasan
                                    14 – 20            =  kecemasan ringan
                                    21 – 27            =  kecemasan sedang
                                    28 – 41            =  kecemasan berat
                                    42 – 56            = kecemasan berat sekali / panik
Adapun hal- hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut:
  1. Perasaan cemas (ansietas)
a)      Cemas
b)      Firasat buruk
c)      Takut akan pikiran sendiri
d)     Mudah tersinggung
2.      Ketegangan
a)      Merasa tegang
b)      Lesu
c)      Tidak bisa istirahat dengan tenang
d)     Mudah terkejut
e)      Mudah menangis
f)       Gemetar
g)      Gelisah
3.      Ketakutan
a)      Pada gelap
b)      Pada orang asing
c)      Ditinggal sendiri
d)     Pada binatang besar
e)      Pada keramaian lalu lintas
f)       Pada kerumunan banyak orang
4.      Gangguan tidur
a)      Sukar masuk tidur
b)      Terbangun malam hari
c)      Tidur tidak nyenyak
d)     Bangun dengan lesu
e)      Banyak mimpi- mimpi
f)       Mimpi buruk
g)      Mimpi menakutkan
  1. Gangguan kecerdasan
a)      Sukar konsentrasi
b)      Daya ingat menurun
c)      Daya ingat buruk
6.      Perasaan depresi (murung)
a)      Hilangnya minat
b)      Berkurangnya kesenangan pada hobi
c)      Sedih
d)     Bangun dini hari
e)      Perasaan berubah- ubah sepanjang hari
7.      Gejala somatik/ fisik (otot)
a)      Sakit dan nyeri di otot- otot
b)      Kaku
c)      Kedutan otot
d)     Gigi gemerutuk
e)      Suara tidak stabil
8.      Gejala somatik/ fisik (sensorik)
a)      Tinitus (telinga berdengung)
b)      Penglihatan kabur
c)      Muka merah/ pucat
d)     Merasa lemas
e)      Perasaan di tusuk- tusuk
  1. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a)      Takikardia (denyut jantung cepat)
b)      Berdebar- debar
c)      Nyeri di dada
d)     Denyut nadi mengeras
e)      Rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan
f)       Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)
10.  Gejala respiratori (pernapasan)
a)      Rasa tertekan / sempit di dada
b)      Rasa tercekik
c)      Sering menarik napas
d)     Napas pendek / sesak
11.  Gejala gastrointestinal (pencernaan)
a)      Sulit menelan
b)      Perut melilit
c)      Gangguan pencernaan
d)     Nyeri sebelum dan sesudah makan
e)      Perasaan terbakar di perut
f)       Rasa penuh / kembung
g)      Mual
h)      Muntah
i)        Buang air besar lembek
j)        Sukar buang air besar (konstipasi)
k)      Kehilangan berat badan
12.  Gejala urogenetal (perkemihan dan kelamin)
a)      Sering buang air kecil
b)      Tidak dapat menahan air seni
c)      Tidak datang bulan (tidak ada haid)
d)     Darah haid berlebihan
e)      Darah haid amat sedikit
f)       Masa haid berkepanjangan
g)      Masa haid amat pendek
h)      Haid beberapa kali dalam sebulan
i)        Menjadi dingin (frigid)
j)        Ejakulasi dini
k)      Ereksi melemah
l)        Ereksi hilang
m)    Impotensi
13.  Gejala autonom
a)      Mulut kering
b)      Muka merah
c)      Mudah berkeringat
d)     Kepala pusing
e)      Kepala terasa berat
f)       Kepala terasa sakit
g)      Bulu – bulu berdiri
  1. Tingkah laku (sikap) pada wawancara
a)      Gelisah
b)       Tidak tenang
c)      Jari gemetar
d)     Kerut kening
e)      Muka tegang
f)       Otot tegang / mengeras
g)      Napas pendek dan cepat
h)      Muka merah